Osteoporosis

Osteoporosis


Keropos tulang atau penyakit osteoporosis cukup banyak diderita penduduk Indonesia khususnya kaum wanita. Osteoporosis gejalanya sering tidak diketahui sehingga disebut silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan dan tanpa disertai adanya gejala.

Gejal-gejala baru timbul setelah tahap osteoporosis lanjut, adalah:
  • patah tulang
  • punggung yang semakin membungkuk
  • hilangnya tinggi badan
  • nyeri punggung dan tungkai kaki
Jika kepadatan tulang sangat berkurang maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Rapuhnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau mengalami cidera ringan.

Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.

Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

Diagnosa Osteoporosis

Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu:
  1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.
  2. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.
  3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.
Pengobatan

Pengobatan yang dianjurkan biasanya adalah mengkonsumsi obat atau susu yang mengandung Kalsium tinggi. Namun perlu diperhatikan bahwa proses pembuatan kalsium biasanya diambil dari hewan. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian kalsium yang digunakan adalah halal, baik dari jenis binatang maupun cara penyembelihan.

Kalsium pun terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Dan para ahli herbalogi mengatakan bahwa untuk tulang dan rangka diambil dari bagian akar. Akar yang paling kokoh menghujam ke bumi dan sukar untuk dicabut adalah dari Akar Pasak Bumi atau Tongkat Ali atau Eurycoma Longifolia Radix. Dan secara klinis dibuktikan ternyata Akar Pasak Bumi ini memiliki kandungan Kalsium Alami yang sangat tinggi. Radix juga bermanfaat mempercepat penyembuhan patah tulang. Akar Pasak Bumi harus dipastikan yang berumur cukup. Produk HPA yang sudah terbukti khasiatnya adalah Radix Kapsul dan Kopi Radix Sinergis.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Masukan Komentar, Saran, Ide Dari Anda..